Om Awighnam astu namo sidhham.
Om Sidhirastu tad astu swaha
Sujud sembahku kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan kepada Leluhur
Semoga tidak terkena aral rintangan
Mengenai keberadaan dan asal usul Keris Pajenengan dan Keris Pusaka di Pemrajan Agung Pohmanis sungguh sangat "gelap" dan pelik, karena tidak ada prasasti dan sumber-sumberyang dapat dirunut untuk mengungkapkan asal usul Pusaka tersebut.
Mencoba mengungkapkan keberadaan Pusaka tersebut dengan asumsi, logika tidak jauh dari perjalanan sejarah I Dewa Kalesan/I Dewa Karang/I Dewa Gde Sukahet, baik pada waktu beliau dibawa oleh I Pengalu Kuda di Den Bukit, dibesarkan di Puri Bun maupun dinobatkan jumeneng di Puri Taak.
Nampaknya tidak lazim seorang putra pembesar kerajaan yang masih kecil, masih kanak-kanak, dibekali sebuah keris pada waktu beliau diculik oleh Ngakan Kaleran saat di Klungkung, penulis lebih cendrung memandang "Penculikan" tersebut tidak sebagai pencurian, tetapi lebih sebagai penyelamatan terhadap nyawa I Dewa Karang. Sebab Kalau kita perhatikan situasi Klungkung dan Gelgel pada waktu itu sedang bergolak. Istana Gelgel dapat dikuasai pasukan sekutu dibawah pimpinan Ida I Dewa Jambe putra dari Dalem Dimade saat merebut kembali kerajaan yang sudah dirampas oleh I Gusti Agung Maruti (Pemberontakan Maruti).
Ida I Dewa Jambe tidak mau lagi di istana Gelgel dan beliau memindahkan pusat pemerintahan dari Gelgel ke Klungkung (Semarapura) dan dinobatkan sebagai Raja Klungkung I (Th. 1710 M.) dengan abhiseka Ida I Dewa Agung Jambe. Perlu diketahui pula, semenjak itu Raja Klungkung tidak lagi memakai gelar Dalem.
Kalau kita perhatikan usia putra-putra kerajaan pada waktu itu. I Dewa Agung Jambe adalah seusia dengan I Dewa Paduwungan, putra dari Ida I Dewa Sumretta. adalah masuk akal, I Dewa Karang putra dari I Dewa Paduwugan waktu itu masih kecil.
Yang lebih mungkin dalam menyingkap asal usul Keris Pajenenga dan Pusaka tersebut adalah setelah Ida I Dewa Gde Sukahet Jumenek di Puri Taak (Raja Taak I). sangat mungkin beliau mohon diberikan sebuah Keris kepada Ida I Dewa Agung di Klungkung. Ini menjadi penting, mengingat pada masa itu ada suatu tradisi, budaya kerajaan bahwa keris dapat memberi tuah, sugesti lebih percaya diri kepada pemiliknya, memberi rasa aman dari gangguan serangan musuh,dll.
Pada tahun 1999 Keris Pajenengan dan Pusaka kerajaan tersebut menunjukan kebesarannya. Puri Agung Batubulan (Warih Dalem Sukawati) akan melaksanakan Karya Agung namun tidak pernah berhasil karena Penglingsir di Puri Agung Batubulan waktu itu melupakan akan keberadaan Ksatria Dalem Sukahet di Puri Agung Pohmanis yang pertama kali menguasai Taak. Pada saat para pengayah ngayah di Pemrajan Agung di Puri, terjadi hujan lebat tak kunjung reda hingga Mrajan Puri Agung Batubulan kebanjiran sampai selutut orang dewasa, berbagai orang pintar ditugaskan untuk meredakan hujan tersebut namun hasilnya nihil, samapai pada akhirnya ada seorang orang pintar karena pasrah dan hasilnya nihil terus melapor kepada Tjokorda Batubulan bahwa ada sekelompok mahkluk halus bertubuh hitam-hitam yang berjumlah ribuan mengganggu proses Karya Agung tersebut dan datangnya dari arah Barat (menurut masyarakat Pohmanis Keris Pajenengan dan Pusaka di Mrajan Agung Pohmanis memiliki rencang/pengikut balayudha wong samar/gamang hingga ribuan rencang/pengiring). mengingat kesalahan fatal dari Puri Agung Batubulan tidak mengingat akan keberadaan Ksatria Dalem Sukahet beserta Keris Pajenengan dan Pusaka Kerajaan di Mrajan Agung Pohmanis yang dahulunya pernah berkuasa di Taak maka terancam gagalah Karya yang akan diselenggarakan. segera Tjokorda Batubulan matur ke Puri Agung Pohmanis untuk meminjam dan ngelinggihkan Keris Pajenengan dan Pusaka Kerajaan tersebut (mendak) untuk dibawa/diiringi ke Mrajan Agung Batubulan serta para Ksatria Dalem/Sukahet ngiringang Keris Pajenengan dan Pusaka Kerajaan tersebut, atas seijin penglingsir Puri Agung Pohmanis Dr. Ida I Dewa Made Tjandranegara. setelah itu keadaan di Mrajan Agung Batubulan berangsur-angsur mereda dan para wargi pengayah bisa menjalankan tugas masing-masing dan Karya Agung berjalan lancar. Itu merupakan bukti betapa besar dan pingitnya Keris Pajenengan dan Pusaka Kerajaan di Mrajan Agung Pohmanis yang merupakan tonggak Sejarah dan Benteng Kerajaan.
Pusaka Kerajaan, Ratu Pajenengan (kanan) dan Ratu Penampa (kiri) saat Tumpek Landep di Merajan Agung Puri Pohmanis |
No comments:
Post a Comment