Om Sidhirastu tad astu swaha
Sujud sembahku kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan kepada Leluhur
Semoga tidak terkena aral rintangan
Lahirya Ksatria Dalem/Sukahet tidak terlepas dari sang Ayahanda yaitu Ida I Dewa Anom Sagening (Dalem Sagening) yang mempunyai banyak putra dari politik perkawinan beliau agar kedudukan sebagai raja Bali menjadi kuat, hal itu dibuktikan dengan diakui pula Ida Dalem Sagening sebagai raja sesuhunan Bali dan Lombok. Keturunan dari Ida Dalem Segening hanyalah 14 orang sesuai babad Dalem, namun dalam versi babad lain beliau memiliki warih, karena sesuatu sebab mereka tidak diajak bergabung di Kraton Gelgel.
Keturunan beliau adalah: - I Dewa Rangda Gowang
- I Dewa Dimade (Putra Mahkota/Dalem Dimade) - I Dewa Sumretta (Ksatria Sukahet)
- I Dewa Bedahulu
- I Dewa Anom Sidemen
- I Dewa Karangasem
- I Dewa Pemeregan
- I Dewa Cau
- I Dewa Belayu
- I Dewa Lebah
- I Dewa Sidan
- I Dewa Kabetan
- I Dewa Pesawahan
- I Dewa Kulit (Dewa Kulit Babi)
- Ki Gusti Mambal Sakti (tidak ikut dalam Kraton Gelgel)
- Ki Gusti Panji Sakti (Pendiri Kerajaan Buleleng)
Yang menjadi putra mahkota ialah I Dewa Dimade yang nantinya bergelar Ida Dalem Dimade yang meneruskan pemerintahan Kerajaan Bali dengan pusat di Kraton Gelgel. Ketika pemerintahan Ida Dalem Dimade terjadi pemberotakan yang terkenal dengan nama "Pemberontakan Kriyan Agung Maruti (Pralaya Gelgel, 1651 M). yang mengakibatkan carut marutnya di Kraton Gelgel dan semua isi istana yang masih setia dengan Ida Dalem mengungsi. Hal itu mengakibatkan para Anglurah yang macek masing-masing wilayah dengan para pengiringnya tidak setuju dengan Kriyan Agung Maruti sebagai Raja Gelgel sehingga memilih untuk memerdekakan diri dan menjadi raja di wilayah masing-masing (lahirnya kerajaan kecil di Bali seperti Kerajaan Buleleng, Badung, Karangasem, Bangli, Gianyar, Tabanan, Negara) sedangkan Ida Dalem Dimade mengungsi dan mendirikan Kraton di Guliang (tetap bertahta) dengan ditemani adik beliau Ida I Dewa Sumretta dan Ngakan Denbancingah yang selalu setia merawat Ida I Dewa Jambe yang masih kecil waktu itu. Dari sanalah kakak adik ini merencanakan merebut tahta di Gelgel dan menegakkan dinasti Dalem kembali di Tanah Bali. Setelah Ida Dalem Dimade wafat di Guliang Karangsem, banyak raja-raja vasal yang masih setia dengan Ida Dalem, seperti Raja Denbukit Ida I Gusti Panji Sakti, yang masih warih/garis keturunan dari Ida Dalem, raja Badung yaitu Kyai Jambe Pule yang masih mertua Ida Dalem atau kakek dari Ida I Dewa Jambe, kemudian Anglurah Sidemen yang masih sepupu Ida Dalem dari pihak Ibu, serta Ida I Dewa Sumretta sebagai adik Ida Dalem, telah sepakat untuk mengangkat raja baru pengganti Ida Dalem Dimade, yang terpilih untuk menggantikan ayahanda ialah Ida I Dewa Jambe, sedangkan Ida I Dewa Pemayun memilih untuk berkedudukan di Tampak Siring disertai dengan pembagian pusaka kerajaan dan pengiring setia.
Setelah lama menetap untuk mempersiapkan serangan balasan, diceritakanlah beberapa tahun di Ulah Sidemen, Ida I Dewa Jambe terus mendapatkan pelajaran tentang taktik dan strategi perang, oleh Ki Anglurah Sidemen, sedangkan Ida I Dewa Sumretta yang telah lama meetap di Sidemen, sering bermain untuk mengisi waktu dan menghibur diri dari kegiatan sehari-hari didalam menemani keponakannya. tempat yang sering dikunjingi beliau adalah Desa disebelah selatan Ulah/Sidemen yaitu Desa Sukahet, yang menjadi penguasa adalah Sira Anglurah Sukahet yang bernama I Gusti Sukahet, dan beliau memiliki seorang putri yang pemberani yaitu I Gusti Ayu Sukahet. Sehingga Ida I Dewa Sumretta jatuh hati dan sangat cinta kepada putri Anglurah Sukahet tersebut. pada waktu itu usia dari Ida I Dewa Sumretta kira-kira 28 tahun (menurut Buku Dharma Agama dan Negara karangan Ida I Dewa Gede Cakranegara). Ida I Dewa Sumretta dan I Gusti Ayu Sukahet pun saling mencintai sehingga hubungan mereka direstui oleh ayahanda Anglurah Sukahet, upacara pernikahan dilangsungkan di Jro Agung Sukahet. Setelah dua bulan pernikahannya. beliau berdua berpamitan untuk pulang ke Sidemen guna melaksanakan kewajiban sebagai Ksatria demi mengembalikan kewibawaan Dinasti leluhur.
Ksatria Dalem Segening, dari Trah Ida I Dewa Sumretta yang kawin dengan I Gusti Ayu Sukahet, untuk mengenang Sang Ibu (I Gusti Ayu Sukahet) maka ditambahkanlah "Sukahet" bagi keturunan Ksatria Dalem trah Ida I Dewa Sumretta yang sampai sekarang bernama Ksatria Dalem/Sukahet.
Setelah lama menetap untuk mempersiapkan serangan balasan, diceritakanlah beberapa tahun di Ulah Sidemen, Ida I Dewa Jambe terus mendapatkan pelajaran tentang taktik dan strategi perang, oleh Ki Anglurah Sidemen, sedangkan Ida I Dewa Sumretta yang telah lama meetap di Sidemen, sering bermain untuk mengisi waktu dan menghibur diri dari kegiatan sehari-hari didalam menemani keponakannya. tempat yang sering dikunjingi beliau adalah Desa disebelah selatan Ulah/Sidemen yaitu Desa Sukahet, yang menjadi penguasa adalah Sira Anglurah Sukahet yang bernama I Gusti Sukahet, dan beliau memiliki seorang putri yang pemberani yaitu I Gusti Ayu Sukahet. Sehingga Ida I Dewa Sumretta jatuh hati dan sangat cinta kepada putri Anglurah Sukahet tersebut. pada waktu itu usia dari Ida I Dewa Sumretta kira-kira 28 tahun (menurut Buku Dharma Agama dan Negara karangan Ida I Dewa Gede Cakranegara). Ida I Dewa Sumretta dan I Gusti Ayu Sukahet pun saling mencintai sehingga hubungan mereka direstui oleh ayahanda Anglurah Sukahet, upacara pernikahan dilangsungkan di Jro Agung Sukahet. Setelah dua bulan pernikahannya. beliau berdua berpamitan untuk pulang ke Sidemen guna melaksanakan kewajiban sebagai Ksatria demi mengembalikan kewibawaan Dinasti leluhur.
Ksatria Dalem Segening, dari Trah Ida I Dewa Sumretta yang kawin dengan I Gusti Ayu Sukahet, untuk mengenang Sang Ibu (I Gusti Ayu Sukahet) maka ditambahkanlah "Sukahet" bagi keturunan Ksatria Dalem trah Ida I Dewa Sumretta yang sampai sekarang bernama Ksatria Dalem/Sukahet.
Om syatiastu,sy ingin tau jati diri saya mohon bimbingan...sy dri keluarga desa banjar asem..seririt..kaki sumantra skrg sy menetap d sulawesi tengah bersama ortu..sy ingin tau lebih dalam silsilah sya dalem segening(sri aji kresna kepakisan)mohon maaf apabila salah tutur kata...
ReplyDelete