Sunday, February 19, 2012

Mrajan Agung Sukahet - Warisan Raja Klungkung

Mrajan Agung Sukahet merupakan tonggak sejarah dari keturuan raja-raja Klungkung dan hubungan erat dengan saudaranya yaitu para Ksatria Sukahet sebagai Manca Agung Raja Klungkung.

Meru Tumpang Lima linggih Ida Bhetara Dalem Segening, Ida Bhetara Dalem Dimadya di Mrajan Agung Sukahet - Klungkung

Sejarah Mrajan Agung Sukahet.
Ida I Dewa Karang telah diangkat menjadi manca, maka ada empat orang di Puri Denbencingah yang menjadi Manca, hal pertama yang dilakukan oleh beliau adalah membangun Mrajan Agung Sukahet yang dahulunya hanya berupa pemerajan rumah (mrajan kemulan) yang dibangun oleh Ida I Dewa Paduhungan, Ida I Dewa Negara, dan Ide I Dewa Kereng. sekitar awal pembangunan Kraton Smarajaya dan Puri Denbencingah (sekitar tahun 1686-1700M...sumber: Buku Dharma Agama lan Dharma Negara oleh Ida I Dewa Gede Cakranegara). pada tahun 1963 tercatat direnovasi I dan pada tahun 2000 direnovasi II.
Melihat kondisi Mrajan yang sangat rapuh maka diajukanlah permohonan kepada adiknya yang menjadi Istri Prami raja Klungkung dan disetujui oleh raja, maka perintah beliau adalah memperbaiki Mrajan Agung Sukahet dan peningkatan status mrajan menjadi Mrajan Pedharman bagi keluarga Raja Klungkung, dengan menstanakan Raja Ida I Dewa Agung Dimadya beserta Ibu Raja Ida I Dewa Agung Sakti yaitu Ida I Dewa Ayu Kerti. selain itu di Mrajan Agung Sukahet distanakannya Ida Bhetara Dalem Segening dengan Meru tumpang Lima.
Dengan kenyataan ini maka pada saat itu memang tidak ada Pemerajan Agung bagi seluruh sentana Dalem Segening untuk mengayat Bhatara-Bhetari Kawitan, sehingga Mrajan Agung Sukahet yang dibagun oleh keturunan Ida I Dewa Sumretta dan Raja Ida I Dewa Agung Jambe raja Klungkung I.
Belakangan baru dibuatkan suatu pengayengan kepada Leluhur di Pedharman Besakih yang disebut Segening di sebelah Taman Sari dan Penataran Agung di Banjar Sengguhan yang baru disebut Pura Segening (bukan tempat berstananya Dalem Segening, karena sebagai betara Kawitan beliau juga dapat berada/berstana diseluruh mrajan kawitan Ksatria Dalem). fungsi Pura ini tiada lain digunakan oleh Raja dan Keluarganya untuk Ngyeng/Ngayat Bethara/Bhetari di Pedharman Besakih karena saat itu Raja Klungkung bermusuhan dengan Raja Karangasem, sehingga tidak mungkin keluarga Raja Klungkung untuk ke Besakih yang masih menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Karangasem.
dengan dibangunnya Mrajan Agung Sukahet sebagai Pedharman maka Raja Klungkung mengeluarkan Bhisama "kepada Kulewarga Tjokorda Ketut Agung bersama seluruh keturunannya medadia dan tidak boleh pecah" (namun sejak tahun 60'an tidak lagi medadia tanpa alasan yang jelas).

Pemedal Agung Mrajan Agung Sukahet Klungkung

Mrajan Agung Sukahet menurut Prasasti/Wesana Puri Kelodan.
Pada saat ada kekuasaan Ida I Dewa Agung Dimadya II sebagai Raja Smarajaya yang ke III, semua putra Raja kecuali Ida I Dewa Agung Sangging adalah putra tertua. Pada suatu masa Permaisuri Raja Ida I Dewa Ayu Kerti/Desak Ayu Kerti (keturunan Ksatria Sukahet putri Ida I Dewa Karang cucu Ida I Dewa Peduhungan) yang merupakan Ibu dari Ida I Dewa Agung Sakti.Permaisuri berkeinginan membuat dan membangun tempat pemujaan (Mrajan), karena itulah kemudia Raja memanggil putra tertuanya yaitu Ida I Dewa Agung Sangging yang menjabat sebagai Manca di Puri Jero Kuta untuk diajak berunding tentang pembangunan Merajan. dari hasil musyawarah tersebut ada permitaan Ida I Dewa Agung Sangging dalam membangun Merajan harus ada pelinggih pemujaan untuk memuja Ida Bhetara Dalem Sesuhunan Sri Aji Anom Segening, dalam bentuk sebuah meru tumpang lima, hal inipun disetujui oleh Raja.
Akhirnya Ida I Dewa Agung Sangging memimpin serta memberikan segala kebutuhan sarana dan prasaran untuk membangun Merajan Agung Sukahet serta nantinya disungsung oleh seluruh keturunan Mulya (Satherehing) Ida I Dewa Sumretta (Ksatria Sukahet) sebagai leluhur Permaisuri Raja, kemudian Ida I Dewa Agung Sangging berpesan "ingatlah engkau semua, jika semua saudaraku disini berencana nantinya membuat "pratima" kamu harus sekaligus membuat sebuah tempat pemujaan dalam bentuk meru tumpang lima sebagai tempat berstananya Ida Bhetara Dalem Sri Aji Anom Segening".
pesan tersebut disanggupi oleh Ksatria Sukahet, namun sayang sebelum Merajan selesai Raja dan Prameswari telah berpulang ke Acintya, maka yang menggantikan beliau adalah Ida I Dewa Agung Sakti, kemudia pembangunan Merajan dilanjutkan kembali hingga selesai.
begitulah akhirnya pada hari Radite Umanis Kulawu (manis Tumpek Wayang) pertemuan dilaksanakan di Puri Kelodan, pada saat itu pula Baginda Raja Ida I Dewa Agung Sakti bersabda "baiklah Kanda, hamba memohon agar menyelesaikan semua kepentingan menyangkut Merajan tersebut, sekaligus mengenai pembuatan upakara penyucian untuk Ngelinggihang/Ngenteg Ida Bhetara Dalem Segening dan Ida Bhetara Dalem Dimadya termasuk arwah Ibu Hambda", setelah bersabda maka beliau juga memberikan dana bukti (Laba Pura/Mrajan) yang diberikan langsung kepada Ida I Dewa Sakti Kerung sebagai wakil Kulewarga.

No comments:

Post a Comment