Wednesday, June 8, 2011

Dinasti Ksatria Sukahet di Puri Agung Pohmanis

Om Awighnam astu namo sidhham.
Om Sidhirastu tad astu swaha
Sujud sembahku kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan kepada Leluhur
Semoga tidak terkena aral rintangan

"Yan pirang kunang lawasnia, hana penagkan kali ring Badung, kalah I Gusti Jambe, molih I Gusti Kaleran. Pirang tahun penangkan kali, di Batubulan I Dewa Made Lukluk masangan bawos ring I Dewa Agung Manggis apus I Dewa Gde Rai (Sukahet) sedayang di Payangan, I Dewa Made Muntur ke sedayang di Bangli. Irika pada keherangan ri semeton I Dewa Rai, raris pada ngungsi: I Dewa Gde Dukuh, sareng ring I Dewa Wayan Badung ngungsi jagat Sanur/Taman Intaran ring Ida Pedanda Gde Alngkajeng. I Dewa Nyoman Badung sareng I Dewa Wayan Muntur kairing antuk semeton istri adiri, I Dewa Ayu Anom Pahang, Ngungsi I Gusti Ngurah Kajanan. I Dewa Batanancak taler sareng ngungsi"
(.............................................................Prasasti di Pemerajan Agung Pohmanis).

Pemedal Agung Pemerajan Agung Puri Agung Pohmanis (Ksatria Sukahet)

Karena tragedi tersebut Puri Taak menjadi kacau Balau, kesedihan dan kekecewaan yang sangat mendalam. intrik adu domba berkembang, fitnah merajalela sehingga para semeton yang masih ada di Puri Taak merasa tidak aman fisik maupun keselamatan jiwa masing-masing, sehingga memutuskan untuk mengungsi. Cerita rakyat yang berkembang di Batubulan sampai sekarang, bahwa I Dewa Gde Rai raja di Puri Taak yang terbuuh di Payangan, sebelum beliau meninggal minta agar dibuatkan meru tumpang solas (sebelas). sampai sekarang meru tersebut masih ada di Pura Puseh Desa Batubulan, Gianyar.
I Dewa Wayan Badung mengungsi ke Taman Intaran Sanur bersama-sama dengan I Dewa Gde Dukuh menuju Griya Taman Intaran/ Ida Pedanda Gde Alangkajeng . I Dewa Nyoman Badung bersama-sama I Dewa Waya Muntur menuju Denpasar menghadap I Gusti Ngurah Kajanan di Puri Satria. Beliau berdua ditempatkan di Kusiman.

I Gusti Ngurah Jambe sangat marah denga prilaku para Ksatria di Batubulan, sehingga jagat Batubulan diserahkan (keaturang ) ke Sukawati. itulah sebabnya jagat Batubulan diperintah oleh Ida I Dewa Manggis (pada waktu itu Ida I Dewa Manggis Jorog, generasi III dari Kerajaan Gianyar).
Tampaknya setelah I Dewa Gde Rai terbunuh di Payangan, tapuk kepemimpinan di Puri Taak diambil alih oleh I Dewa Lukluk. I Dewa Lukluk tidak mempunyai putra laki-laki, dapat minta sentana putra dari I Dewa Manggis Gianyar, namanya I Dewa Gelugu naik tahta di Puri Taak / Batubulan abhiseka I Dewa Oka. Semenjak I Dewa Oka naik Tahta di Puri Taak/Batubulan, maka dinasti I Dewa Manggis macek di Puri Taak menggantikan dinasti I Dewa Sukahet. I Dewa Oka mengambil istri dari Puri Peliatan, dari perkawinan ini lahir I Dewa Gog, I Dewa Gog mengambil istri dari Ksatria Sukahet, selanjutnya bertempat tinggal di Tegal Tamu.

Diceritakan sekarang pengungsian I Dewa Nyoman Badung bersama dengan I Dewa Wayan Muntur, oleh penguasa Badung waktu itu ditempatkan di Kusiman (Desa Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur). dalam perjalanan itu beliau meiringan panjak/wargi pungakan banjar kalah dan wargi lainnya, sedangkan I Dewa Wayan Muntur meiringan dua orang. sehingga ada sebutan sampai sekarang di Pohmanis yaitu Panjak/Wargi Tatadan (Pengiring Setia).

Dalam pengungsian tersebut I Dewa Nyoman Badung berpesan kepada semeton dan pengiring beliau bahwa karena sudah manunggal suka duka bersama-sama, Seluruh Ksatria Sukahet (I Dewa Nyoman Badung dengan I Dewa Wayan Muntur)tidak boleh ada yang berani/sewenang-wenang dengan para pengiring begitu juga dengan para pengiring, tidak boleh berani dengan beliau berdua sampai semua keturunan dengan disaksikan Sanghyang Geni. 

Ida I Dewa Made Kertha - Penglingsir Puri Sukahet, Dauh Tangluk Kesiman

I Dewa Nyoman Badung meninggal (mantuk) di Kesiman. Beliau mempunyai tiga orang putra-putri. yang perempuan dikawinkan dengan I Dewa Gde Pande anak dari I Dewa Gde Dukuh dari Taman Intaran. Atas perintah I Gusti Ngurah Gede (Penguasa Badung waktu itu) I Dewa Gde Pande beserta I Dewa Wayan Muntur bersama-sama menuju Desa Pohmanis beserta pengiring, Panjak (kawula, wargi) banyaknya 40 (empat puluh orang) terdiri dari wargi perkumpulan watek Pasek, Kalah, dan Karang.

Dapat diperkirakan, sangat mungkin bahwa I Dewa Gde Pande dan I Dewa Wayan Muntur bersama-sama para wargi, pengiring di Pohmanis mendapat atau di beri tugas berat oleh penguasa Badung waktu itu, yakni: membina, menjaga, keamanan dan mempertahankan wilayah dari
* Desakan atau serangan dari laskar Gianyar dari Timur, karena Batubulan sudah dikuasai oleh Kerajaan Gianyar
* Desakan dari Utara, perluasan dari Kerajaan Mengwi ke selatan karena wilayah Bun, Sedang, Angantaka, dan Jagapati sudah menjadi wilayah kekuasan Kerajaan Mengwi.
* Kerajaan Badung juga ingin memekarkan wilayahnya, paling tidak untuk tetap menjaga wilayahnya jangan sampai diambil, dirampas oleh dua kerajaan tersebut yang jauh lebih besar dan lebih kuat pada waktu itu.

Setelah beberapa tahun lamanya beliau (I Dewa Gde Pande dan I Dewa Wayan Muntur) menetap di Pohmanis keadaan berangsur-angsur menjadi aman, pergolakan mereda, sehingga para warga dapat hidup aman dan tenang. Mendirikan Purii yang diberi nama Puri Agung Pohmanis,  mendirikan rumah-rumah mereka, mendirikan Pura dan mendapatkan tanah pertanian dan tegalan sebagai sumber penghasilan, sumber penghidupan mereka, sesudah itu untuk memantapkan wilayah Pohmanis dan sekitarnya, baru kemudian Penguasa/Raja Badung mengutus warga Pande, Sengguhu (Bujangga) para Arya dan Brahmana ke daerah ini. mulai saat itulah Dinasti Ksatria Sukahet I Dewa Gde Pande dengan I Dewa Wayan Muntur macek wilayah Pohmanis.

No comments:

Post a Comment